Wednesday, March 2, 2011

Diana Papilaya & Dina Mariana



Seperti yang kita ketahui, kondisi anak Indonesia hingga kini masih memprihatinkan. Kasus eksploitasi dan kekerasan terhadap anak banyak menghiasi surat kabar kita, sementara upaya pembelaan terhadap hak-hak anak yang dilakukan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat masih belum banyak membantu. Untuk memperingati Hari Anak Indonesia yang jatuh pada tanggal 23 July lalu, penulis sengaja menurunkan ulasan tembang lawas dari salah satu album anak-anak yang dibawakan artis cilik tahun 70-an, Dina Mariana dan Diana Papilaya.

Bagi Anda yang menjalani masa anak-anak ditahun tersebut, dua nama artis cilik ini pasti sudah tidak asing lagi. Di eranya, wajah imut mereka kerap kali menghiasi siaran hiburan yang disajikan TVRI dan menjadi ulasan sejumlah media nasional. Diana Papilaya yang sering tampil dengan dua kuncir dan Dina Mariana yang bertahi lalat menjadi trademark aksi mereka di panggung.

Menurut musisi dan penyanyi Is Haryanto, bakat menyanyi kedua anak ini memang sudah terlihat sejak umur balita (bawah lima tahun). Dengan adanya bekal talent yang mereka miliki, maka Is Haryanto tak ragu-ragu menulis lagu untuk dinyanyikan mereka. Lewat latihan vocal yang serius akhirnya membuahkan hasil.

Selain tampil sendiri-sendiri, mereka beberapa kali menjajal berduet dan berhasil menghasilkan beberapa album rekaman dibawah label “Irama Tara” . Dalam volume I alunan merdu suara mereka di iringi Band De Meicy dibawah asuhan Isbarna. Ada 14 tembang dalam berbagai tema yang diciptakan oleh musisi ternama, seperti Is Haryanto, Yonas Pareira, Rudi R, Barce V.H, Van Houe, Ardian, Harius, Yochie Phu, Yasir Syam, dan Joko S.

Lazimnya lagu anak-anak, syair yang mereka bawakan juga dihiasi dengan pesan moral dan ajaran kasih sayang. Misalkan di lagu “Anak Piatu” (Yochie Phu) mengajarkan kita (yang nota bene orang tua) untuk mencintai anak Piatu. Kemudian tembang “Kasih Sayang Mama” untuk mengingatkan kita akan cinta-kasih Ibu. Tidak hanya itu ajaran untuk banyak berteman juga terselip dalam tembang “Jangan Lupa Teman Lama”, “Sana-Sini”, dan “Sie Mei Hwa, yang mengisahkan persahabatan mereka dengan anak Hongkong. Aku ingin diseluruh dunia menjadi temanku / dimana-mana, ada yang miskin dan kaya, tetapi semuanya aku anggap sama-sama/ betapa senang tidak benci, betapa tenang dan damai di dunia ini.

Selain tema lagu yang beragam, komposisi irama yang mereka bawakan juga bervariasi, dari yang bernada sedih hingga gembira. Misalkan dilagu “Lenggang 2” yang dibawakan dengan gembira dan “beraroma” irama disko era 70-an, juga dilagu “Lenggang Lenggok”, “Menyanyi dan Terus Menyanyi” dan “Tepi Laut” .

Alunan nada yang dibawakan Dina-Diana dengan iringan Band De Meicy memang pas. De Meicy bisa dibilang berhasil membangun karakter penyanyi yang diiringinya, tak heran bila sejumlah artis anak-anak kala itu seperti Adi Bing Slamet, Joan Tanamal, dan Vien Is Haryanto meminta Band ini mengiringinya menyanyi. Dengan sentuhan “tangan dinginnya”, musik yang dibawakan De Meicy kaya dengan improvisasi. Itu juga yang membuat musik mereka untuk mengiringi tembang anak-anak masih tetap renyah untuk dinikmati orang dewasa.

Yang pasti, ditengah nasib anak-anak Indonesia yang masih belum menentu, kehadiran album-album berkualitas dan cukup menghibur seperti ini patut didukung. Maka, sudah selayaknyalah produser, musisi dan pencipta lagu untuk bisa berkarya mencipta tembang berkualitas dan mendidik. Karena bagaimanapun anak-anak adalah generasi penerus bangsa, bila pola didikan (lewat lagu) saja sudah salah, bisa dibayangkan bagaimana Indonesia ke depan. Selamat Hari Anak , Sukses dan Jaya Selalu Anak Indonesia [sutono r. lysthano/foto koleksi IIMS]

Artikel diambil dari Tembang.com

No comments:

Post a Comment