Friday, June 3, 2011

Micky Rainbow - Tarik Tambang



Micky Rainbow - Tarik Tambang

Sumber : Multiply Tokokz


Mickey, si anak bianglala
Mickey rainbow, 7, memilih musik rock sejak berusia 3 th, tampil di tvri dalam acara "candra kirana". (ms)

DENGAN kostum putih-putih anak itu naik trap panggung, sambil bernyanyi. Secepat inikah pagi/ membawanya lari/ Secepat inikah angin/ menjemputnya pergi/ Mengajak ayah pergi/ jauh sekali. Malam itu, 12 Desember, di layar televisi dalam acara Candra Kirana, anak berusia 7 tahun 7 bulan itu tampil tidak seperti umumnya penyanyi anak-anak. Ia memilih lagu-lagu berirama rock, yang "penuh semangat dan terasa jantan," seperti katanya kepada TEMPO.

Dua lagu yang dibawakarl Micky Rainbow (demikian nama anak itu) malam itu, memang jauh dari suasana merengek Micky terlihat gagah bergaya. Meskipun lagu pertama yang dinyanylkan berjudul Nyanyian Anak Yatim--tema yang biasanya dinyanyikan dengan ekspresi sedih, tak jarang ditambah dengan tetesan air mata. Tak berarti anak itu tiiak tahu mengekspresikan isi lirik lagu. Tuhan sampaikan rinduku/ Untuk ayahku tercinta, baris terakhir lagu itu ia senandungkan sambil duduk di trap samplng panggung dan kedua tangannya menutup mukanya. Cukup mengharukan, tanpa kesan cengeng.

Agaknya Diah Iskandar, si empunya acara Candra Kirana, memang selektif. Nama Micky Rainbow didengarnya beberapa bulan lalu ketika ia ke Bandung. Tertarik pada penyanyi cilik yang memilih musik rock itu, spontan ia mengundangnya untuk tampil dalam acara Candra Kirana yang ke-15 Minggu malam itu. "Anak itu ternyata sangat musikal," katanya memuji. Tak hanya itu. Micky - yang baru-baru ini album perdananya. Tarik Tambang, beredar -- juga gigih. Rekaman untuk televisi itu, misahlya, dilakukannya
berulang-ulang sampai 12 kali. "Itu pengalaman saya yang pertama," tutur Micky. Sedangkan untuk album perdananya, yang diproduksi Musica Studio di Jakarta, ia terpaksa membolos dari sekolah 11 hari. "Rekaman diulang sampai lebih dari 30 kali, karena saya belum berpengalaman," katanya polos, seperti lazimnya anak-anak.

Tapi pengalamannya naik panggung, pada umurnya yang belum delapan tahun itu, cukup padat: 37 kali. Elokna lagi, si bianglala ini mulai belajar menyanyi rock sewaktu masih berusia tiga tahun, ketika bicara pun masih suka keseleo.

Ceritanya, pada usia itu anak yang ditinggal mati bapaknya ketika masih tujuh bulan di kandungan itu, bila mendengar musik rock lantas saja menyambar sapu ijuk bergaya bagaikan gitaris rock. Polah si kecil itu tak dibiarkan kedua pamannya, Lili dan Deden Senjaya yang memang anggota sebuah band di Bandung -- yang lantas mengajarinya menyanyi rock. Dua tahun Micky belajar menyanyi, oleh kedua pamannya dianggap sudah pantas naik panggung. Paman itu, tempat bergantung Micky dan ibunya, memang hidup dari musik. Maka bersama Band Pacific, Micky muncul merayakan Tahun Baru 1980 di sebuah perusahaan. "Saya tenang-tenang saja. Banyaknva penonton malah menambah semangat saya," kenang Micky. Dan sukses inilah yang membuat Band Pacific berganti narna menjadi Micky Rainbow Group. Nama Micky Komarudin --nama pemberian kakek Micky -- pun kemudian berubah menjadi Micky Rainbow.

Anak satu-satunya janda Nuryati, 35 tahun, ini rupanya sudah mempunyai jadwal hidup yang tetap. Ia bangun pagi pukul 06.00. Lantas melatih pernapasan, menghirup dan menghembuskan napas panjang secara teratur, selama setengah jam. "Supaya panjang nafas dan suara saya lebih keras," katanya Kemudian ia jogging di dalam rumah diiring musik rock dari kaset koleksinya. "sudah itu saya mandi dan sarapan seadanya, baru ke sekolah."

Di rumahnya tak kurang 90 rekaman kaset musik rock ia miliki. Dengan lancar ia bisa menyebut grup rock yang kini populer: Uriah Heep, Led Zeppelin The Who, Rolling Stones, antara lain. Ia pun menyukai Achmad Albar, Gito, Dedy Stanzah dan Ucok Aka.

Anak yang latihan menyanyi tiga kali seminggu ini, tak melupakan pelajaran sekolah. Dia kelas II SD Babaka Priangan II. Bandung, ia termasuk murid yang baik. Nilai rapor catur wulan pertama bulan lalu rata-rata 7,1. Dulu, ia naik ke kelas dua dengan nilai rata-rata 7,6. Ia bercita-cita menjadi insinyur pertambangan, tapi juga berjanji akan penyanyi sampai tua.

Bocah yang lahir kepagian itu meng aku sedih bila penonton pertunjukannya sedikit. "Nyanyinya jadi tak bersemangat," katanya. Untunglah, ketika dia naik panggung di Bandung, Jakarta, Tegal, Semarang rata-rata sukses. Itu agaknya yang mendorong Musica Studi mengundangnya untuk membuat rekaman.

Lalu sukses komersialnya "Say cuma membeli mobil-mobilan dari hasil manggung dan rekaman," katanya. Memang ia masih anak-anak, semua urusan keuangan ditangani pamannya.

Tempo Edisi. 43/XII/25 - 31 Desember 1982

1 comment: